Halaman

Selasa, 18 Agustus 2009

retardasi mental 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.



B. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai retardasi mental.
2. Menjadikan masyarakat lebih mewaspadai dan menanggulangi adanya retardasi mental terhadap anak dan anggota keluarga mereka.
3. Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai penanggulangan dan pengobatan serta perawatan terhadap para penderita retardasi mental.
B. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa / mahasiswi tentang retardasi mental.
2. Dapat melatih para mahasiswa / mahasiswi dalam pembuatan makalah.
Sebagai tugas mata kuliah ”Psikologi

C. SISTEMATIKA PENULISAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II TINJAUAN TENTANG RETRDASI MENTAL
PENGERTIAN RETRDASI MENTAL
KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL
ETIOLOGI
GEJALA DAN TANDA
PENCEGAHAN
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA RETARDASI MENTAL
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
SARAN
SUMBER PUSTAKA











BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Definisi
Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental. Menurut WHO (dikutip dari Menkes, 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.Carter CH (dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang mnyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (Intelegence Quotient).
IQ = MA/CA × 100%
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes
CA = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana,daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif social adalah kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab social yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan dirir dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah berumur 18 tahun bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

B. KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL
Menurut nilai IQnya, maka intelegensia seseorang dapat digolongkan sebagai berikut :
No Kalsifikasi Nilai IQ
1. Sangat superior 130 atau lebih
2. Superior 120-129
3. Di atas rata-rata 110-119
4. rata-rata 90-110
5. Di bawah rata-rata 80-89
6. Retardasi mental borderline 70-79
7. Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69
8. Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51
9. Retardasi mental berat 20-35
10. Retardasi mental berat bawah berat20


Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :


 Tipe Klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
 Tipe Sosio Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan social ekonomi rendah. Pada orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau psikolog karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

C. ETIOLOGI

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa factor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.


Faktor-Faktor Yang Potensial Sebagai Penyebab Retardasi Mental
1. Non-Organik
- Kemiskinan dan keluarganya yang tidak harmonis
- Factor sosio cultural
- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
- Penelantaran anak
2. Oraganik
- Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene ( penyakit –penyakit metabolik, kelainan neurokutaneus, dll )
b. Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X), sindrom polygenic familial.
- Factor prenatal
a. Gangguan pertumbuhan otak trimester I
• Kelainan kromosom ( trisomi, mosaik, dll)
• Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
• Zat-zat teratogen ( alcohol, radiasi, dll )
• Disfungsi plasenta
• Kelainan congenital dari otak (idiopatik)
b. Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
• Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
• Zat- zat teratogen ( alcohol, kokain, logam berat, dll )
• Ibu : diabetes mellitus, PKU ( phenilketonuria )
• Toksemia gravidarum
• Disfungsi plasenta
• Ibu malnutrisi
- Factor perinatal
a. Sangat premature
b. Asfiksia neonatorum
c. Truma lahir : perdarahan intracranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolic : hipoglikemik, hiperbilirubinemia
- Factor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neurotoksin, misalnya logam berat
c. CVA ( Cerebrovaskuler accident )
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolic
• Gizi buruk
• Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipotiroid
• Amino aciduria, misalnya PKU
• Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia dll
• Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
• Cerebral lipidosis ( Tay Sachs ), dengan hepatomegali ( Gaucher )
• Penyakit degeneratif/ metabolic lainnya.
f. Infeksi
• Meningitis, ensefalitis, dll.
• Subakut sklerosing panasefalitis
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social ekonomi rendah akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula dengan keadaan social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organic dari retardasi mental, misalnya keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, ternyata lebih banyak pada anak-anak dikota dari golongan social ekonomi rendah. Demikian pula dengan kurang gizi, baik pada ibu hamil maupun pada anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan otak anak.

D. GEJALA DAN TANDA
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthesa
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik café-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.

E. PENCEGAHAN
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang penting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terpi dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang diberikan makin baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik dan intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak memuaskan.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA RETARDASI MENTAL

PROSES KEPERAWATAN
A. PENGAKAJIAN.
Pengakjian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.

Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
 Lakukan pengkajian fisik.
 Lakukan pengkajian perkembangan.
 Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama.
 Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
 Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
 Nutrisi tidak adekuat.
 Penyimpangan lingkungan.
 Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
 Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
 Abnormalitas kromosom.
Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
 Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
 Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
 Tidak responsive terhadap kontak.
 Kontak mata buruk selama menyusui.
 Penurunan aktivitas spontan.
 Penurunan kesadaran terhadap suara getaran.
 Peka rangsang.
 Menyusui lambat.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN, SASARAN PASIEN, INTERVENSI/RASIONAL, DAN HASIL YANG DIHARAPKAN.

1. Diagnosa keperawatan
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.

Sasaran pasien 1.
Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Intervensi keperawatan / rasional.
 Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak.
 Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
 Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
 Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
 Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak mencapai kesiapan.
 Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
 Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari dan kelas-kelas pendidikan segera.
 Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain.
 Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua tentang maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
 Dorong pelatihan optimal.

hasil yang ingin dicapai
 Anak dan keluarga aktif terlibat dalam progra stimulai bayi.
 Keluarga menerapkan konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah.
 Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal.
 Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.
 Penyusunan batasan yang tepat, reaksi-reaksi kesempatan social dapat diberikan.
 Isu-isu remaja digali dengan tepat.

Sasaran pasien 2
Pasien mencapai sosialisasi yang optimal.

Intervensi keperawatan / rasional.
 Tekankan anak mempunyai kebutuhan untuk bersosialisasai sepertii anak-anak yang lain.
 Dorong keluarga intuk mengajarkan anak perilaku yang sopan dan santun.
 Anjurkan berdandan dan berpakaian sesuai dengan usia.
 Anjurkan program yang berhubungan dengan teman sebaya dan pengalaman.
 Berikan pada remaja informasi praktik sosial dan kode prilaku yang kongkrit dan terdefinisi dengan baik, karena kemudahan persuasi anak dan kurangnya penilaian dapat membuat anak nerada pada resiko berbahaya.

Hasil yang diharapkan.
 Anak berprilaku dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
 Anak mempunyai hubungan dan pengalaman dengan taman sebaya.
 Anak tidak mengalami isolasi sosial.

2. Diagnosa keperawatan.
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.

Sasaran pasien (keluarga)
Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat.

Intervensi keperawatan / rasional.
 Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.
 Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian informasi.
 Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisii anak.
 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial sebelummembuat keputusan.
 Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
 Dengan memberikan jawaban definitif tentang derajat retardasi anak, tekeankan potensi kemampuan belajar anak terutam dengan intervensi mendorong harapan.
 Tujuan penerimaan terhadap anak melalui perilaku sendiri karena orang tua sensitif pada perilaku efektif proposional.
 Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
 Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.

Hasil yang diharapkan
 Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai kelahiran anak dengan retardasi mental dan impikasinya.
 Anggota keluarga membuat keputusan yang realistik berdasarkan kebutuhan dan kemampuan mereka.
 Anggota keluarga menunjukan penerimaan terhadap anak.



























BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.



Saran
a) Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
b) Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar